3 Kebiasaan Yang Bisa Membunuh Produktivitas Anda
Produktivitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan, atau tingkat hasil yang diperoleh seseorang. Orang yang
produktivitasnya tinggi akan mencapai banyak keberuntungan dalam hidupnya. Semakin tinggi
tingkat produktivitas, semakin banyak manfaat yang ia capai dan dirasakan pihak lain. Bagi individu, Produktivitas sangat penting untuk
meningkatkan kesejahteraan. Bagi perusahaan, Produktivitas merupakan faktor penting yang menentukan keuntungan bisnis. Namun produktivitas sesorang sifatnya tidak stabil adakalanya meningkat dan diwaktu
yang lain mengalami penurunan. Produktivitas bahkan bisa mati.
C.A. Newberry, pensiunan manajer perusahaan event-organiser dari Amerika membagi pengalaman dan mencatat adanya
3 hal yang bisa membunuh produktivitas seseorang.
1. MengabaikanWaktu Istirahat
Untuk bisa melakukan kegiatan produktif lebihbanyak ,pada umumnya kita melakukan penambahan waktu kerja. Kita meyakini bahwa satu-satunya cara untuk menambah waktu kerja adalah dengan melewatkan waktu istirahat. Tapi mengapa kadang otak kita terasa lamban dan kerja kita tidak fokus?
Setel alarm ponsel Anda pada jam istirahat, jangan abaikan. Ketika ia berbunyi, berdirilah, berjalanlah di sekitar ruangan. Lebih baik lagi, berjalan-jalan di luar, menghirup udara segar. Faktanya, otak membutuhkan oksigen. Pertimbangkan untuk istirahat dan makan siang karena inilah yang membantu mendukung otak bisa aktif, produktif, dan sehat.
Bila Anda mengikuti saran di atas, kabut di kepala Anda akan menjadi bersih, memungkinkan otak Anda untuk kembali ke pemecahan masalah dengan lebih kreatif. Stres yang menumpuk di antara tulang belikat Anda akan sirna dan anda siap menerkam proyek besar yang selama ini Anda abaikan.
Selain itu, meditasi atau shalat bagi umat muslim juga dapat menurunkan stres, menimbulkan perasaan damai dan menciptakan kondisi yang menyenangkan. Orang-orang yang ceria jauh lebih menyenangkan dalam pandangan siapa saja.
2. Tidak Mempunyai Prioritas
Selama ini kita semua merasa bangga bila bisa menambahkan kalimat "Raja Multitasker" ke curriculum vitae kita. Kita bangga bisa mengetik 80 kpm (kata per menit), mengirim banyak email dan menghubungi lima belas klien secara bersamaan.
Ternyata, ini bisa menjadi kebiasaan yang paling merusak produktivitas. Multitasking sebenarnya sama dengan pekerjaan biasa-biasa saja, termasuk persentase kesalahan yang tinggi. Penelitian telah membuktikan bahwa jika Anda membagi titik fokus Anda di antara tugas-tugas yang ada tanpa prioritas, fokus konsentrasi akan menunjuk ke masing-masing tugas dalam porsi yang sama. Padahal sebagian besar perhatian sebenarnya lebih terarah pada tindakan aktualnya. Terjadi penurunan kadar konsentrasi untuk masing-masing tugas.Hal ini berpotensi menurunkan produktivitas Anda sebesar 40%.
Temuan ini menjelaskan mengapa kemarin saya memutar nomor yang salah lima kali sebelum terhubung dengan pelanggan yang tepat dan mengapa klien terbaik saya menerima email yang isinya mestinya untuk klien lain.
Apa rekomendasi yang tepat guna memecahkan masalah rutinitas yang menjijikkan ini? Saya menemukan Pomodoro Technique. Metode ini tidak hanya membantu menghentikan kebiasaan multitasking yang salah, namun dengan melakukan manajemen waktu secara disiplin, saya mempunyai kesempatan beristirahat.
Pomodoro Technique, yang dibuat oleh Francesco Cirillo pada 1980-an, berfokus pada pemanfaatan blok waktu dua puluh lima menit untuk fokus pada satu aktivitas, mengambil jeda mini setelah setiap blok, dan jeda yang lebih panjang setelah menyelesaikan empat blok waktu. Bagi saya kuncinya adalah MENGATUR PRIORITAS, menempatkan tugas yang paling penting dan mendesak pada urutan atas daftar kerja di pagi hari. Dengan metodeini saya merasa lebih fokus, bisa menyelesaikan dua tugas tambahan per hari.
3. Selalu Berkata‘ Ya ‘.
Begitu banyak dari kita yang mempunyai pandangan bahwa dengan selalu berkata ‘Ya’kepada atasan, karir kita akan meningkat dengan cepat.Selain itu, dengan kondisi perekonomian yang buruk saat ini, kita takut akan kehilangan pekerjaan jika menggunakan kata "tidak" kepada atasan.
Namun, dengan jadwal pekerjaan yang padat, perilaku itu mengakibatkan kerugian. Mencoba menyulap tugas dan menyelesaikannya cepat-cepat demi bisa melaksanakan tugus susulan akan berakibat merosotnya kualitas pekerjaan.
Mengapa kita takut untuk mengatakan tidak? Bisa dengan mudah dilacak pada kenyataan bahwa ketika kita belajar berbicara, salah satu kata pertama kita adalah "Tidak". Segera setelah itu, pada masa balita kita, orang tua cenderung menanamkan pentingnya sikap patuh dan selalu berkata ‘Ya’. Tertanam dalam pikiran bahwa berkata ‘Tidak’ adalah perilaku kasar dan tidak sopan.
Coba pertimbangkan ini, selalu mengatakan ‘ya’ dapat memiliki konsekuensi buruk. Berpotensi menggeser tugas lebih penting ke bagian akhir dan menyelesaikannya dengan kualitas seadanya. Dengan demikian, kita akan tampil sebagai pribadi yang tidak kompeten.
Dengan mencoba-coba akhirnya saya mengetahui bahwa berkata "tidak" adalah respons yang bisa diterima orang lain. Saya selalu berusaha memberikan alasan dan saran alternatif. Kita akan dimaklumi bila menyatakan: ‘’ Saya menghadapi tenggat waktu/deadline. Saya bisa melakukan tugas susulan ini besok/lusa ’’.
Jika bos Anda meminta Anda mengambil proyek tambahan, nyatakan kekhawatiran Anda. Sampaikan kepadanya bahwa Anda menghargai perhatian pada pekerjaan yang terperinci dan berkualitas dan Anda akan merasa lebih baik menyelesaikan tugas saat ini yang sedang Anda kerjakan sebelum terjun ke tugas baru. Bersiaplah bahwa jawabannya mungkin juga tidak dan memaksa anda. Jika demikian, mintalah dia untuk duduk bersama dan mengevaluasi kembali urutan prioritas.
No comments:
Post a Comment